Di
tangan nurwahid, seorang perajin batu alam asal desa kaliwungu
kecamatan ngunut, tulungagung, batu alam yang tak bernilai di sulap
menjadi karya seni bernilai ekonomi tinggi. Batu aji merupakan batu alam
yang memiliki ciri-ciri tertentu, jika dibentuk dan direkayasa sampai
mengkilap, bisa menjadi perhiasanseperti cincin, liontin (kalung),
anting-anting dan aksesori lainnya untuk kepentingan estetika.
Untuk membuatnya menjadi kerajinan bermutu, batu aji mula-mula dipilah sesuai motif kristal yang terdapat di dalam batu itu sendiri.Tidak semua jenis batu aji bisa dengan mudah dibentuk menjadi beragam kerajinan. Dibutuhkan keahlian khusus untuk menciptakan bentuk kristal atau serat yang terdapat di dalam batu.
Teknik inilah yang diakui perajin sebagai hal tersulit, sebab untuk dijadikan sebagai liontin maupun hiasan almari, kristal dalam batu itu harus ditonjolkan tanpa mengurangi keaslian alaminya.
Menurut Nurwachid, untuk membuat beragam produk kerajinan batu aji ternyata cukup rumit dan harus melalui berbagai tahapan. Batu-batu yang masih berukuran besar harus dipotongi tipis-tipis sesuai motif kristalnya, kemudian diperhalus hingga produk jadi.
Produk yang biasa dihasilkan dari batu aji adalah gelang, hiasan lemari, cincing maupun batu permata, batu akik dan gantungan kunci. Hasilnya yang eksotis dan alami membuat produk kerajinan ini diminati konsumen luar negeri.
Dengan dibantu 6 pekerjanya, Nurwachid mampu menghasilkan 30 hingga 40 buah cincin batu aji, serta 20 buah permata kalung setiap harinya. Dalam sebulan Nurwachid mampu menghasilkan ratusan jenis kerajinan dari batu aji.
Untuk cincin dan permat kalung dijual mulai harga 10.000 hingga Rp 17.500 rupiah, sedang gelang dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000. sedangkan hiasan lemari atau biseki dijual mulai Rp 50.000 hingga 5 juta Rupiah.
Selain dipasarkan di dalam negeri seperti Jakarta, Bali, Malang dan Surabaya, produk batu aji ini kini terus diminati konsumen mancanegara mulai Belanda, Kanada, Australia Jerman dan Jepang.
Untuk membuatnya menjadi kerajinan bermutu, batu aji mula-mula dipilah sesuai motif kristal yang terdapat di dalam batu itu sendiri.Tidak semua jenis batu aji bisa dengan mudah dibentuk menjadi beragam kerajinan. Dibutuhkan keahlian khusus untuk menciptakan bentuk kristal atau serat yang terdapat di dalam batu.
Teknik inilah yang diakui perajin sebagai hal tersulit, sebab untuk dijadikan sebagai liontin maupun hiasan almari, kristal dalam batu itu harus ditonjolkan tanpa mengurangi keaslian alaminya.
Menurut Nurwachid, untuk membuat beragam produk kerajinan batu aji ternyata cukup rumit dan harus melalui berbagai tahapan. Batu-batu yang masih berukuran besar harus dipotongi tipis-tipis sesuai motif kristalnya, kemudian diperhalus hingga produk jadi.
Produk yang biasa dihasilkan dari batu aji adalah gelang, hiasan lemari, cincing maupun batu permata, batu akik dan gantungan kunci. Hasilnya yang eksotis dan alami membuat produk kerajinan ini diminati konsumen luar negeri.
Dengan dibantu 6 pekerjanya, Nurwachid mampu menghasilkan 30 hingga 40 buah cincin batu aji, serta 20 buah permata kalung setiap harinya. Dalam sebulan Nurwachid mampu menghasilkan ratusan jenis kerajinan dari batu aji.
Untuk cincin dan permat kalung dijual mulai harga 10.000 hingga Rp 17.500 rupiah, sedang gelang dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000. sedangkan hiasan lemari atau biseki dijual mulai Rp 50.000 hingga 5 juta Rupiah.
Selain dipasarkan di dalam negeri seperti Jakarta, Bali, Malang dan Surabaya, produk batu aji ini kini terus diminati konsumen mancanegara mulai Belanda, Kanada, Australia Jerman dan Jepang.