Siapa sangka bahan kayu bisa diola menjadi aneka ragam gelang unik dan cantik. Dengan aplikasi warna cerah di sana sini, membuat produk kerajinan tangan ini selain dibeli wisman juga diburu pembeli lokal di segmen anak-anak remaja. Gelang kayu tidak bisa ditemui di ritel-ritel modern seperti toko aksesori yang ada di pusat perbelanjaan sekelas supermarket dan mal . Gelang unik ini justru banyak ditemukan di pasar seni tradisional yang ada di Bali, bahkan hampir semua pasar seni tradisional dan toko oleh-oleh khas Bali menjual produk ini. Penyebabnya tak lain karena gelang kayu merupakan salah satu kreativitas perajin lokal Bali , dengan kapasitas produk menyasar pasar wisatawan asing.
Murni, salah satu pedagang yang mengandalkan gelang kayu sebagai mata dagangan prospektif di tokonya. Permintaan yang tinggi baik dari para ABG lokal dan wisatawan mancanegara membuat pedagang di lantai dasar Pasar Ubud ini menyetok lusinan gelang kayu.
“Pasarnya cukup cerah, paling banyak digemari remaja Bali dan wisatawan asal Australia dan Asia . Warna cerah serta ukurannya yang relatif besar menjadi daya tariknya, gelang jenis ini juga sedang tren,” katanya saat ditemui Bisnis Bali , Rabu (2/3) kemarin.
Beragam model, warna, serta ukuran gelang kayu tersedia di tokonya. Murni mengaku, dalam sehari mampu menjual hingga 30 pcs gelang kayu. harga satu gelang bervariasi, tergantung ukuran, harga di kisaran Rp 5.000 – Rp 20.000 untuk satu gelang.
Murni mengatakan, gelang-gelang unik tersebut didatangkan dari perajin setempat. Bahan baku utama adalah kayu albesia, tapi ada beberapa gelang yang berasal dari kayu mahoni bahkan jati. Gelang-gelang tersebut dilapisi cat air yang cerah. Dengan polesan politur membuat gelang kayu tampil makin berkilau.
Pilihan warna yang beragam membuat gelang cantik tersebut sering disesuaikan dengan busana yang dikenakan pembeli. Bahkan, tak sedikit wisatawan yang membeli lebih dari satu, penggabungan warna-warna cerahnya membuat tampilan pemakai makin ceria. “Biasanya satu tangan memakai dua hingga tiga gelang,” katanya.
Murni mengaku keuntungan menjual gelang kayu cukup menggiurkan. Dari menjual satu gelang ia mengaku mendapat untung sekitar Rp 3.000 – Rp 5.000, harga akan lebih mahal jika pembelinya wisatawan mancanegara.
Murni, salah satu pedagang yang mengandalkan gelang kayu sebagai mata dagangan prospektif di tokonya. Permintaan yang tinggi baik dari para ABG lokal dan wisatawan mancanegara membuat pedagang di lantai dasar Pasar Ubud ini menyetok lusinan gelang kayu.
“Pasarnya cukup cerah, paling banyak digemari remaja Bali dan wisatawan asal Australia dan Asia . Warna cerah serta ukurannya yang relatif besar menjadi daya tariknya, gelang jenis ini juga sedang tren,” katanya saat ditemui Bisnis Bali , Rabu (2/3) kemarin.
Beragam model, warna, serta ukuran gelang kayu tersedia di tokonya. Murni mengaku, dalam sehari mampu menjual hingga 30 pcs gelang kayu. harga satu gelang bervariasi, tergantung ukuran, harga di kisaran Rp 5.000 – Rp 20.000 untuk satu gelang.
Murni mengatakan, gelang-gelang unik tersebut didatangkan dari perajin setempat. Bahan baku utama adalah kayu albesia, tapi ada beberapa gelang yang berasal dari kayu mahoni bahkan jati. Gelang-gelang tersebut dilapisi cat air yang cerah. Dengan polesan politur membuat gelang kayu tampil makin berkilau.
Pilihan warna yang beragam membuat gelang cantik tersebut sering disesuaikan dengan busana yang dikenakan pembeli. Bahkan, tak sedikit wisatawan yang membeli lebih dari satu, penggabungan warna-warna cerahnya membuat tampilan pemakai makin ceria. “Biasanya satu tangan memakai dua hingga tiga gelang,” katanya.
Murni mengaku keuntungan menjual gelang kayu cukup menggiurkan. Dari menjual satu gelang ia mengaku mendapat untung sekitar Rp 3.000 – Rp 5.000, harga akan lebih mahal jika pembelinya wisatawan mancanegara.
Sumber:
http://www.bisnisbali.com
http://www.bisnisbali.com